Langsung ke konten utama

Ritual Surya Sewana dari Sudut Pandang Kesehatan


Puja Surya Sewana: Menyatu dengan Matahari, Menyatu dengan Kehidupan

Oleh : IBN Semara M.

Saat sinar mentari pagi mulai menyusup di antara dedaunan kelapa dan dinding pura di sebuah desa kecil di Bali, seorang Wiku—tokoh spiritual Hindu Bali—telah bersiap. Ia duduk diam di atas pelinggih di tengah piyasan, membiarkan tubuhnya tersentuh langsung oleh hangatnya cahaya matahari. Tanpa mengenakan busana penutup tubuh, beliau memulai ritual yang disebut puja Surya Sewana—sebuah bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Surya, dewa matahari dalam kepercayaan Hindu.

Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh gangguan, ritual ini mungkin terdengar sederhana, bahkan tidak biasa. Tapi bagi sang Wiku, ini adalah bentuk kesadaran penuh dan keheningan yang sakral. Beliau menyelaraskan dirinya dengan alam semesta, membiarkan sinar matahari menjadi media komunikasi antara tubuh, jiwa, dan alam ilahi.

Sinar Matahari Bukan Hanya Cahaya, Tapi Juga Kehidupan

Puja Surya Sewana dilakukan saat matahari masih berada di posisi rendah—saat sinarnya lembut dan belum menyengat. Dalam tradisi Hindu, Surya bukan hanya sumber cahaya fisik, tapi juga cahaya kesadaran spiritual. Bahkan dalam kitab suci Rigveda disebut:

"Surya atma jagatas tasthusas ca"
"Surya adalah jiwa dari semua yang bergerak dan tidak bergerak."

Dengan membiarkan kulit langsung bersentuhan dengan sinar matahari, beliau percaya sedang menyatu dengan energi kehidupan. Tapi menariknya, ilmu pengetahuan modern pun mendukung praktik ini.

Vitamin D, Kesehatan Tulang, dan Kualitas Tidur

Secara medis, sinar matahari pagi adalah sumber alami terbaik untuk vitamin D3, nutrisi penting untuk:

  • Menjaga kepadatan dan kekuatan tulang

  • Memperkuat sistem kekebalan tubuh

  • Mengurangi risiko penyakit autoimun dan peradangan

  • Meningkatkan suasana hati dan menjaga keseimbangan hormon

Menurut Dr. Michael Holick dari Boston University, hanya dengan 10–15 menit di bawah sinar matahari pagi, tubuh bisa memproduksi vitamin D dalam jumlah yang cukup.

Bukan hanya itu. Paparan sinar matahari juga membantu mengatur ritme sirkadian—jam biologis tubuh kita. Paparan cahaya pagi membantu otak memproduksi serotonin (hormon suasana hati) dan menekan melatonin (hormon tidur), sehingga tidur malam menjadi lebih nyenyak dan berkualitas.

Tubuh sebagai Media Spiritual

Dalam budaya Bali, tubuh bukan sesuatu yang harus dihindari dalam perjalanan spiritual, melainkan alat utama untuk menyatu dengan alam dan Tuhan. Tradisi Bali mengajarkan filosofi Tri Hita Karana—tiga harmoni utama dalam hidup: hubungan dengan Tuhan, sesama, dan alam. Puja Surya Sewana adalah praktik nyata dari filosofi itu. Ketika sang Wiku melepas pakaiannya, itu bukan sekadar soal kenyamanan, tapi simbol kerendahan hati dan keterbukaan terhadap energi ilahi.

Sebagaimana ajaran yoga mengatakan:

"Shariram adyam khalu dharma sadhanam"
"Tubuh adalah alat utama dalam menjalankan dharma (kebenaran hidup)."

Maka merawat tubuh adalah bagian dari ibadah itu sendiri.

Tradisi yang Relevan di Era Modern

Dalam dunia yang semakin kehilangan kedekatannya dengan alam, praktik seperti puja Surya Sewana memberi pengingat penting: bahwa manusia adalah bagian dari siklus alam, bukan penguasanya. Sinar matahari yang sering kita hindari, ternyata menyimpan hikmah dan manfaat besar, baik untuk tubuh maupun jiwa.

Sang Wiku tidak hanya menjalankan tradisi turun-temurun, tapi juga membuktikan bahwa kesehatan dan spiritualitas bisa berjalan beriringan. Dan mungkin, inilah salah satu rahasia panjang umur dan ketenangan yang beliau miliki: hidup selaras, bukan melawan; menerima, bukan menolak.

Akhir Kata

Di balik ritual sederhana tanpa busana dan sinar matahari pagi itu, tersimpan pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan semesta. Tentang bagaimana tubuh, jika digunakan dengan penuh kesadaran, bisa menjadi jembatan menuju kehidupan yang lebih bermakna. Di tengah hiruk-pikuk zaman modern, puja Surya Sewana mengajak kita kembali ke akar: menyatu dengan cahaya, menyatu dengan kehidupan.



Komentar

Postingan Populer

Pediksan di desa Karangsuwung Tembuku Bangli

U

Tirtayatra PHDI KAB BANGLI. Madura, Kenjeran Bromao

Piodalan di Pura Pesraman Dharmawasita Capung Mas Ubud Gianyar Bali

Paruman Mawosang Karya Ring Pelinggih Ida Betara Siwa Budha Pesaraman Dharmawasita Mas Ubud

Dharama Santhi Dharmopadesa di Pesraman Dharma wasita Mas Ubud