Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Agama

Topeng Sidha Karya: Inspirasi dari Brahmana Keling dan Simbol Kesempurnaan Ritual Bali

Topeng Sidha Karya: Inspirasi dari Brahmana Keling dan Simbol Kesempurnaan Ritual Bali Oleh: IBN. Semara M. Topeng Sidha Karya merupakan elemen fundamental dalam tradisi budaya dan spiritual masyarakat Bali, terutama dalam pelaksanaan piodalan .  Sebagai simbol kesempurnaan, topeng ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian ritual yang bertujuan untuk menyucikan serta melengkapi persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya. Pada saat ngaturang piodalan, ada lima tahapan suara yang dimulai dari: Pertama , suara bajra yang disuarakan oleh sulingih sebagai tanda spiritual pembuka. Kedua , dilanjutkan dengan suara kulkul yang menggema sebagai panggilan suci. Ketiga , setelah suara kulkul dilanjutkan dengan suara gong yang menambah suasana khusyuk. Keempat , setelah suara gong, dilanjutkan dengan suara gender yang lembut untuk menyeimbangkan harmoni. Kelima , setelah suara gender, alunan kidung pengalem dilantunkan oleh para pemedek, sebagai p...

Makna Harmoni di Balik Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon

Makna Harmoni di Balik Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon Oleh : IBN Semara M. Menurut Ida Pedanda Gede Mandara Putra Kekeran Pemaron, Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon bukan sekadar hari-hari suci dalam kalender Hindu, tetapi juga momentum spiritual untuk menyelaraskan energi antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Ketiga hari ini mengajarkan keseimbangan, pembersihan diri, dan penguatan spiritual yang menjadi fondasi kehidupan umat Hindu. Purnama, saat bulan mencapai puncak terang, melambangkan cahaya ilahi yang menyinari setiap sudut kehidupan. Pada hari ini, umat Hindu mempersembahkan upakara seperti canang sari, pejati, dan daksina kepada Sang Hyang Chandra. Ritual sederhana seperti segehan kecil di halaman rumah menjadi simbol permohonan agar diberi kebahagiaan, kejernihan pikiran, dan perlindungan. Sebaliknya, Tilem, ketika bulan menghilang dari langit, mengingatkan manusia untuk merenungi kelemahan diri. Gelapnya malam Tilem adalah waktu yang tepat untuk melepaskan energi neg...

Filosofis di Balik Upakara Hindu Bali"

" Mula Keto: Pemaknaan Filosofis di Balik Upakara Hindu Bali" Istilah mula keto sering terdengar dalam percakapan masyarakat Bali, terutama saat kegiatan merangkai atau menyiapkan upakara (banten).  Ungkapan ini memiliki makna yang bervariasi, tergantung pada siapa yang mengucapkannya: 1. Bagi yang memahami agama dengan baik, mula keto mengacu pada pemahaman mendalam bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah kebenaran yang telah ditetapkan. Contohnya, bentuk matahari, bulan, dan bintang memang sudah seperti itu adanya, sebagai wujud harmoni dan tatanan alam semesta. 2. Bagi yang memiliki pengetahuan terbatas, ungkapan ini dapat mencerminkan kurangnya pemahaman tentang filosofi di balik tindakan atau ritual yang dilakukan.  Sebagai contoh, seorang "tukang banten " mungkin menjawab " mula keto " ketika ditanya tentang tujuan atau makna pembuatan banten, tanpa benar-benar memahami filosofi yang melandasi tindakannya. Banten adalah salah satu el...

Refleksi Kisah Tiga Murid Bhagawan Dhomya: Mengupas Ujian Calon Diksita dalam Konteks Kekinianr

Refleksi Kisah Tiga Murid Bhagawan Dhomya: Mengupas Ujian Calon Diksita dalam Konteks Kekinian Kisah tiga murid Bhagawan Dhomya dalam Adi Parwa menyiratkan pesan mendalam tentang bakti, kesungguhan, dan ketulusan dalam menuntut ilmu. Ketiga murid tersebut, yakni Sang Arunika (Sang Uddalaka), Sang Utamaniu , dan Sang Weda , menjalani ujian berat untuk membuktikan kelayakan mereka sebagai pewaris pengetahuan sang guru. Ujian yang mereka tempuh menuntut pengorbanan fisik , mental , dan speritual . Dalam cerita, masing-masing murid menghadapi ujian sesuai kapasitas dan tanggung jawabnya: 1. Sang Arunika diuji melalui kerja keras mengolah sawah, hingga rela mengorbankan tubuhnya untuk menyelamatkan padi dari banjir. 2. Sang Utamaniu diuji dengan perjuangan menahan lapar saat menggembalakan lembu, hingga harus mengorbankan dirinya dari segala kenikmatan duniawi. 3 Sang Weda diuji dalam melaksanakan tugas menyajikan hidangan dengan sempurna. Ketiganya menunjukkan bahwa ...

Pentingnya Niat dan Keikhlasan dalam Pembuatan Upakara/Banten

Pentingnya Niat dan Keikhlasan dalam Pembuatan Upakara/Banten   Upakara/Banten, yang sering kita kenal dalam tradisi agama Hindu, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap ritual agama Hindu. Dalam setiap bentuk upacara, upakara (banten) menjadi sarana penyampaian persembahan kepada Tuhan, roh leluhur, serta makhluk halus yang berperan dalam kehidupan kita. Namun, upakara/banten bukanlah sekadar formalitas ritual. Lebih dari itu, pembuatan upakara/banten mencerminkan pengabdian dan niat tulus seorang umat Hindu. Oleh karena itu, kita perlu memahami lebih dalam makna dan fungsi dari upakara/banten dalam konteks ajaran Hindu yang sejati. Upakara/Banten sebagai Simbol Pengabdian dan Keikhlasan Upakara/banten harus dipahami sebagai bentuk pengabdian dan niat tulus umat Hindu dalam beribadah. Setiap elemen dalam upakara/banten — mulai dari bunga, daun, hingga buah — bukanlah benda kosong, tetapi masing-masing memiliki makna yang mendalam. Upakara/banten a...

Makna Filosofis Canang Sari dalam Agama Hindu Bali

Upacara agama Hindu Bali tidak terlepas dari penggunaan upakara yang sering disebut dengan Banten sebagai bagian penting dalam praktik keagamaannya. Sering kali, ada kesalahpahaman bahwa Banten adalah sajian untuk Tuhan. Padahal, sebagai pencipta jagat raya beserta isinya, Tuhan tidak membutuhkan persembahan manusia. Banten sejatinya adalah ungkapan rasa syukur, doa, dan permohonan melalui simbol-simbol alam, yang mendekatkan manusia kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Setiap komponen dalam Canang Sari memiliki makna simbolis yang dalam, mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan lingkungan. Berikut penjelasannya: 1 . Tebu Tebu dalam Canang Sari melambangkan rasa syukur atas tumbuh-tumbuhan yang diciptakan Tuhan. Tebu mewakili seluruh tumbuhan yang tumbuh di bumi, yang semuanya pasti berbunga dan menghasilkan manfaat. Karena madu sulit ditemukan, tebu digunakan sebagai simbol pengganti madu dalam persembahan, mencerminkan manisnya anugerah Tuhan. 2 . Buah Pis...