Sabtu, 08 Februari 2025

Makna Hari Raya Saraswati

Makna Hari Raya Saraswati
Oleh : IBN. Semara M.
Di penghujung siklus Wuku, ketika Sabtu Umanis Wuku Watugunung tiba, umat Hindu merayakan Hari Saraswati dengan penuh bakti. Hari ini bukan sekadar perayaan, tetapi penghormatan yang mendalam kepada ilmu pengetahuan, yang menjadi cahaya dalam setiap langkah kehidupan. Seperti aliran air yang tak henti memberi kesegaran, ilmu pengetahuan mengalir membawa kebijaksanaan, mengusir kegelapan ketidaktahuan, dan membimbing manusia menuju pencerahan.
Dalam tradisi Hindu, Dewi Saraswati hadir sebagai sinar suci kebijaksanaan. Beliau adalah sakti Sang Pencipta, sumber dari segala ilmu dan seni, mengilhami manusia untuk memahami hakikat hidup dan semesta. Itulah sebabnya, Hari Saraswati menjadi waktu yang istimewa, di mana setiap lembaran lontar dan buku dihormati sebagai wadah ilmu, dan setiap pikiran diarahkan untuk memuliakan kebijaksanaan.

Pagi hari, sebelum mentari naik tinggi, persembahan suci dihaturkan ke hadapan Sanghyang Aji Saraswati. Di hadapan pustaka suci, umat menundukkan hati, menyatakan bakti, dan mengungkapkan rasa syukur atas anugerah ilmu yang tak ternilai. Namun, sebelum upacara selesai, membaca atau menulis tidak diperkenankan. Konon, melanggarnya berarti kehilangan keberkahan dari Dewi Saraswati. Bagi yang menjalankan brata secara penuh, larangan ini berlangsung sepanjang hari, sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu yang lebih dari sekadar aksara di atas lontar maupun kertas, tetapi juga laku hidup yang harus dijaga kemurniannya.
Malamnya, suasana berubah menjadi lautan pemikiran dan renungan. Kitab-kitab suci dibuka, sastra luhur dibaca, dan makna kehidupan direnungkan hingga fajar menjelang. Kemudian, ketika pagi menyingsing, tibalah saatnya Banyupinaruh—ritual pembersihan diri di mata air, danau, laut, atau pertemuan sungai. Air, yang melambangkan kebeningan ilmu, mengalir membasuh tubuh dan pikiran, menyegarkan kembali semangat untuk menempuh perjalanan panjang menuju kebijaksanaan sejati.
Hari Saraswati bukan hanya hari suci, tetapi juga pengingat bahwa ilmu adalah anugerah tertinggi. Ia bukan sekadar alat untuk memahami dunia, tetapi juga jembatan menuju kebenaran dan kebahagiaan. ? Seperti aliran air yang tak pernah surut, ilmu harus dijaga, dirawat, dan diamalkan dengan hati yang tulus. Karena dalam setiap tetesnya, terdapat kebijaksanaan yang mengantarkan manusia menuju cahaya tertinggi—Moksha, kebebasan sejati.