Suara
yang Tak Pernah Padam
Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba.
Pengetahuan
Abadi tentang Hakikat Hidup
Langit malam di tepi Sungai Sarasvati memantulkan gemintang
seperti kepingan api yang abadi. Di sana, ribuan tahun silam, para Rsi
mendengar Sruti—bisikan alam semesta yang terangkum dalam Veda. Bukan sekadar
kata-kata, melainkan ilmu yang tak lekang zaman.
"Na jāyate mriyate vā kadācin…"
(Ia tak lahir, tak mati, tak berawal, tak berakhir…)
Kalimat itu menggema dalam gelap, menjawab pertanyaan paling
purba: Siapa kita sebenarnya?
Sang Atma
– Penjelajah Kekal
Awan tebal menyelimuti gunung ketika Rsi Vyasa berbisik
kepada muridnya:
"Kau bukanlah tubuh ini. Kau adalah atma—roh yang
abadi, hanya berpakaian daging dan tulang untuk sementara. Seperti baju yang
kau ganti, kau pun akan mengenakan kehidupan demi kehidupan…"
Sloka Bhagavad Gita 2.20 mengukirnya dalam bahasa suci:
"Ia tak pernah lahir, tak akan mati. Ia ada sebelum
segalanya, dan tetap ada setelah segalanya lenyap."
Murid itu menggigil. "Lalu mengapa kita
menderita?"
Karma –
Hukum yang Tak Pernah Salah
Seorang petani menangis di ladang yang gersang. Seorang Rsi
mendekat, membawa cerita tentang benih dan buah:
"Setiap tindakanmu, bahkan yang tersembunyi dalam
pikiran, adalah benih. Kau menuai apa yang kau tanam—pahala atau duri."
Manusmriti 4.240 berbisik keras:
"Kau lahir karena karma, dan oleh karma pula kau akan
pergi."
Petani itu terdiam. "Lalu apa arti hidup ini?"
Moksa –
Pulang ke Rumah Asal
Di puncak Kailasha, Dewa Siwa tersenyum. "Surga?
Neraka? Semuanya sementara," katanya.
"Moksa—itulah tujuanmu. Melepas semua ikatan, seperti
burung yang terbang bebas dari sangkar emas."
Chandogya Upanishad 8.15.1 mengguncang kesadaran:
"Yang terkecil dalam dirimu adalah atman. Dan seluruh
semesta ini hanyalah bayangan-Nya."
Tuhan – Yang Tak Terkatakan
Api yadnya berkobar, namun Brahman tak tersentuh api.
Seorang bhakta bertanya:
"Bagaimana wujud-Mu, Tuhan?"
Brihadaranyaka Upanishad 3.9.26 menjawab dengan tegas:
"Neti neti—Bukan ini, bukan itu."
Tuhan tak bisa dibatasi. Ia ada dalam debu jalanan, dalam
guruh langit, bahkan dalam diamnya malam.
Semesta – Siklus Tanpa Henti
Seorang astronom kuno menghitung usia alam semesta dengan
butiran pasir. "Satu Kalpa adalah 4,32 miliar tahun," katanya.
Bhagavata Purana 3.11.19 mengungkap rahasia waktu:
"Satu Yuga adalah 10.000 tahun para dewa."
Semesta bernafas—lahir, tumbuh, mati, dan terlahir kembali.
Seperti kita.
Veda
Bukan Sekadar Kitab
Di sebuah pesraman di zaman modern, seorang guru menutup
laptopnya. "Veda bukan sejarah," katanya.
"Ia adalah peta—menuntun kita mengenal diri,
Komentar
Posting Komentar