Langsung ke konten utama

Dewasa Pawiwahan

Dewasa Pawiwahan: Harmoni Pakem Lontar dan Pengalaman Lapangan

Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara M.

Dalam tradisi Hindu Bali, pawiwahan atau perkawinan bukan sekadar penyatuan dua insan, melainkan sebuah manusa yadnya yang menentukan perjalanan hidup, keturunan, dan keharmonisan keluarga. Karena itu, memilih dewasa ayu pawiwahan (hari baik untuk menikah) menjadi hal yang sangat penting.

Penentuan hari baik umumnya berlandaskan pada pakem wariga: perhitungan wewaran (hari pasaran), penanggal (fase bulan), sasih (bulan), dan wuku (mingguan siklus 30 wuku). Namun, dari pengamatan lapangan sejak tahun 1972, terdapat fakta empiris yang memperkaya bahkan terkadang mengoreksi pengetahuan tekstual tersebut.

Artikel ini berusaha mempertemukan ajaran lontar dengan pengalaman nyata agar masyarakat mendapatkan panduan yang lebih utuh dan bijak.

I. Dasar Pakem Wariga

Menurut lontar dan tradisi wariga, dewasa pawiwahan dipengaruhi oleh beberapa faktor:

  1. Wewaran
    • Triwara: Beteng/Sejabaning Pasah.
    • Saptawara: Soma (manggih suka), Budha (dahat ayu, wirya putra), Wraspati (kinasihing jana), Sukra (suka wibuh).
    • Sangawara: Tulus dadi.
    • Sadwara: Ingkel Wong, dihindari
  2. Wuku yang dihindari
    • Wuku Rangda Tiaga: Wariga, Warigadian, Pujut, Pahang, Menail, Prangbakat.

Jika menikah pada wuku ini, dipercaya mendatangkan sakit, kesengsaraan, hingga balu (janda/duda).

    • Wuku Tampa Guru: Gumbreg, Kuningan, Kelawu, Medangkungan, menyebabkan sulit memperoleh ilmu dan keturunan.
  1. Tanggal (Penanggal)
    • Baik: Penanggal 1 (dirgayusa), 3 (banyak keturunan), 5 (rahayu), 7 (suka rahayu), 10 (wirya guna), 13 (laba bukti).
    • Kurang baik: Penanggal 6, 8, 9, 12, 14, 15.
  2. Sasih (bulan)
    • Baik: Sasih 3 (Asuji), 4 (Kartika), 5 (Margasira), 7 (Magha), 10 (Waisaka).
    • Kurang baik: Sasih 1 (Srawana), 2 (Badrapada), 6 (Puasya), 8 (Palguna), 9 (Caitra), 11 (Jyestha), 12 (Asadha).

II. Pengalaman Lapangan Sejak 1972

Dari penelitian dan pengamatan pernikahan sejak tahun 1972, muncul beberapa kesimpulan penting:

  1. Panglong (Tilem / bulan mati)
    • Banyak perkawinan yang dilakukan pada panglong ternyata berakhir duka: salah satu pasangan meninggal lebih cepat, sakit berat, atau menghadapi kesengsaraan besar.
    • Sehingga, panglong sebaiknya dihindari mutlak untuk pawiwahan.
  2. Wuku Rangda Tiaga
    • Secara pakem memang sudah dianggap kurang baik, dan kenyataan di lapangan mempertegasnya.
    • Perkawinan pada wuku ini sering membawa penderitaan, perceraian, atau ketidaklanggengan rumah tangga.

  3. Hari-Hari Istimewa yang Terbukti Baik
    Walaupun dalam lontar masih ada tafsir beragam, pengamatan lapangan menunjukkan bahwa justru tiga hari khusus ini yang tidak lagi melihat baik buruknya : Wewaran, Uku,Sasih sangat baik untuk pawiwahan:
    • Budha Paing Penanggal 5 (Panca Merta) → membawa keselamatan dan panjang umur.
    • Saniscara Paing Penanggal 10 (Sada Merta) → pasangan langgeng dan sejahtera.
    • Wraspati Wage Penanggal 3 (Merta Sedana) → rumah tangga mapan, rejeki lancar, dan keturunan baik.

Tiga hari ini disebut sebagai Hari Utama Pawiwahan, yang sudah terbukti dari banyak pasangan sejak tahun 1972 hingga kini.

III. Penyelarasan Pakem dan Pengalaman

Dengan demikian, menentukan hari baik pawiwahan sebaiknya memperhatikan:

  • Pakem Lontar: Wewaran, Wuku, Penanggal, Sasih.
  • Pengalaman Lapangan: Hindari panglong, wuku rangda tiaga, dan sebaliknya utamakan tiga hari istimewa di atas.

Pendekatan ini menjadikan dewasa pawiwahan lebih realistis, bukan hanya “baik secara kitab”, tetapi juga baik secara nyata dalam kehidupan rumah tangga.

Perkawinan adalah awal perjalanan panjang menuju grahasta asrama, membangun keluarga, dan melanjutkan keturunan. Karena itu, memilih hari baik bukan hanya soal pakem, tetapi juga kebijaksanaan melihat pengalaman nyata.

Dengan menggabungkan ajaran lontar dan pengalaman empiris, diharapkan setiap pawiwahan dapat berjalan selamat, rahayu, dirgayusa, dan menjadi sumber kebahagiaan bagi keluarga besar serta masyarakat.

 

Ringkasan Dewasa Pawiwahan Bali

1. Hari yang Sebaiknya Dihindari

FaktorKeteranganDampak
Panglong (Tilem / bulan mati)Perkawinan saat bulan matiSalah satu pasangan sering sakit atau meninggal lebih cepat
Wuku Rangda Tiaga (Wariga, Warigadian, Pujut, Pahang, Menail, Prangbakat)Wuku yang dianggap beratRumah tangga sering penuh penderitaan, perceraian, atau balu (janda/duda)
Wuku Tampa Guru (Gumbreg, Kuningan, Kelawu, Medangkungan)Wuku tanpa restu guruSulit mendapat ilmu dan keturunan
Tanggal tertentuPenanggal 6, 8, 9, 12, 14, 15Kurang baik untuk pawiwahan
Sasih tertentuSasih 1, 2, 6, 8, 9, 11, 12Membawa halangan rumah tangga

2. Hari yang Baik (Umum Menurut Lontar)

FaktorHari/TanggalMakna
Penanggal1, 3, 5, 7, 10, 13Rahayu, keturunan, panjang umur, rejeki
SaptawaraSoma, Budha, Wraspati, SukraHarmoni, kasih sayang, wibawa, rejeki
Sasih3, 4, 5, 7, 10Baik untuk memulai keluarga

3. Hari Utama Pawiwahan (Berdasarkan Pengalaman Lapangan sejak 1972)

Hari & TanggalNamaMakna & Hasil di Lapangan
Budha Paing Penanggal 5Panca MertaSelamat, panjang umur, keluarga langgeng
Saniscara Paing Penanggal 10Sada MertaRumah tangga kuat, rejeki baik, keturunan berhasil
Wraspati Wage Penanggal 3Merta SedanaRejeki lancar, keluarga harmonis, sejahtera

Jadi, tiga hari utama inilah yang paling dianjurkan untuk pawiwahan, karena selain sesuai pakem wariga, juga terbukti nyata membawa keberkahan bagi pasangan sejak dulu hingga sekarang.

Komentar

Postingan Populer

Pediksan di desa Karangsuwung Tembuku Bangli

U

Tirtayatra PHDI KAB BANGLI. Madura, Kenjeran Bromao

Piodalan di Pura Pesraman Dharmawasita Capung Mas Ubud Gianyar Bali

Paruman Mawosang Karya Ring Pelinggih Ida Betara Siwa Budha Pesaraman Dharmawasita Mas Ubud

Dharama Santhi Dharmopadesa di Pesraman Dharma wasita Mas Ubud