Bayangkan sebuah ruang yang hening—tanpa bentuk, tanpa waktu, tanpa arah. Dalam kesenyapan itu, muncul denyut pertama: Śabda Tanmātra, getaran suci yang membelah kegelapan dan menjadi dasar ruang (ākāśa). Dalam pemahaman ini, semesta tidak lahir dari materi, melainkan dari suara—dari vibrasi kesadaran yang paling halus.
Pandangan ini merupakan reinterpretasi atas ajaran klasik Samkhya, di mana penciptaan biasanya dijelaskan melalui evolusi Prakṛti menjadi Mahat, Ahaṃkāra, Tanmātra, dan akhirnya Pañca Mahābhūta (Īśvarakṛṣṇa, Sāṃkhyakārikā 3–5).
Namun, dengan menempatkan Śabda Tanmātra sebagai getaran pertama, kita menekankan sisi spiritual dan wedaik dari semesta, di mana śabda (suara) merupakan denyut kesadaran yang menata realitas.
Dalam sistem Samkhya, segala yang ada berasal dari dua realitas abadi: Puruṣa (kesadaran murni) dan Prakṛti (materi dasar). Puruṣa ibarat cermin kesadaran, sedangkan Prakṛti adalah potensi bentuk. Ketika keduanya “bertemu”, bukan berarti mereka bersatu secara fisik, melainkan Prakṛti mulai bergetar karena kehadiran kesadaran. Getaran inilah yang disebut spanda—denyut yang menjadi sumber eksistensi.
Walau istilah Spanda Tattva berasal dari tradisi Kashmir Shaivism (Tantra), bukan dari sistem Samkhya klasik, keduanya memiliki kesamaan pandangan: alam semesta muncul dari getaran kesadaran. Dengan demikian, Spanda Tattva dapat dipandang sebagai perluasan makna spiritual dari konsep getaran dalam Samkhya.
Evolusi Kosmik dan Jalannya Getaran
Menurut Sāṃkhyakārikā, urutan penciptaan berlangsung demikian:
1. Ākāśa (ruang/ether) – lahir dari śabda tanmātra, menjadi wadah bagi vibrasi.
2. Vāyu (udara) – muncul dari sparśa tanmātra, membawa gerak dan arus energi.
3. Tejas (cahaya/panas) – dari rūpa tanmātra, memunculkan bentuk dan persepsi.
4. Āpaḥ (air) – dari rasa tanmātra, menyejukkan dan menyatukan.
5. Pṛthivī (tanah) – dari gandha tanmātra, memadat menjadi bentuk kehidupan.
Setiap unsur mewarisi sifat unsur sebelumnya. Ākāśa menjadi dasar vāyu, vāyu menopang tejas, tejas menguapkan āpaḥ, dan āpaḥ memadat menjadi pṛthivī.
Dengan demikian, seluruh ciptaan merupakan satu rangkaian vibrasi yang menurun dari kesadaran menuju materi. Inilah “musik kosmis” yang tidak pernah berhenti berdentang.
Triguna dan Analogi Atom: Antara Simbol dan Ilmu
Samkhya menegaskan bahwa seluruh alam tersusun dari tiga kualitas dasar (guṇa):
Sattva (keseimbangan dan kejelasan),
Rajas (gerak dan dinamika), dan
Tamas (stabilitas dan kegelapan).
Ketiga guṇa ini saling menyeimbangkan satu sama lain, melahirkan segala bentuk, rasa, dan sifat kehidupan.
Untuk membantu pembaca modern memahami hal ini, dapat dibuat analogi dengan struktur atom:
Proton menggambarkan rajas, sebagai pusat aktivitas dan energi,
Elektron menggambarkan tamas, yang memberikan massa dan batas,
Neutron menggambarkan sattva, sebagai penyeimbang keduanya.
Namun, analogi ini bersifat simbolik, bukan ilmiah secara harfiah. Atom tidak memiliki sifat moral atau spiritual, melainkan struktur energi. Analogi ini hanya bertujuan mendekatkan pemahaman antara bahasa sains dan bahasa spiritual — bahwa baik alam atom maupun kesadaran, keduanya bergerak dalam keseimbangan dinamis.
Getaran Kosmis dan Oṃ sebagai Frekuensi Universal
Dalam banyak tradisi Weda dan Tantra, getaran pertama dikenal sebagai Oṃ (Oṅkāra) — suara suci yang menjadi frekuensi dasar semesta.
Getaran Oṃ bukan sekadar bunyi, melainkan irama kesadaran yang meresapi semua bentuk, dari nafas manusia hingga perputaran bintang.
Ketika doa dilantunkan dengan kesadaran, ia bukan sekadar suara manusia, tetapi gema dari spanda kosmis — denyut yang sama dengan yang pertama kali membangunkan alam dari keheningan.
Hiraṇyagarbha: Rahim Emas Semesta
Ṛg Veda (10.121.1) menyebut adanya Hiraṇyagarbha, “telur emas kosmik”, tempat segala getaran, cahaya, dan kesadaran terkandung:
> Hiraṇyagarbhaḥ samavartatāgre bhūtasya jātāḥ patir eka āsīt.
“Hiraṇyagarbha muncul pertama kali; Dialah penguasa tunggal atas semua yang ada.”
Hiraṇyagarbha melambangkan benih kesadaran dan energi — ruang tempat hukum-hukum alam berakar dan tempat seluruh wujud kembali ketika siklus penciptaan berakhir.
Dalam tafsir ini, Śabda Tanmātra adalah denyut awal, sedangkan Hiraṇyagarbha adalah rahim yang menampung seluruh vibrasi tersebut. Keduanya menyatu dalam satu prinsip: kesadaran yang bergetar sebagai semesta.
Persinggungan Samkhya dan Fisika Kuantum
Dalam fisika kuantum, partikel dan energi bukan dua hal yang berbeda. Setiap partikel adalah gelombang energi yang bergetar. Realitas bukan materi statis, melainkan fluktuasi medan kesadaran yang konstan (Buchanan, 2019; Quanta Magazine, 2022).
Begitu pula dalam Samkhya: realitas bukan benda mati, melainkan manifestasi dari getaran Prakṛti yang tersentuh oleh cahaya Puruṣa.
Dengan demikian, Samkhya dan fisika kuantum adalah dua bahasa dari satu kebenaran yang sama. Yang satu berbicara melalui konsep kesadaran, yang lain melalui rumus energi. Keduanya bertemu dalam pemahaman bahwa realitas adalah getaran sadar yang menata dirinya sendiri.
Kesimpulan: Menyatu dalam Getaran Kesadaran
Ketika kita menyadari bahwa dari Śabda Tanmātra hingga atom, dari getaran suara hingga medan kuantum, semua adalah irama kesadaran, maka batas antara spiritual dan ilmiah menjadi lenyap.
Puruṣa dan Prakṛti bukan dua yang terpisah, melainkan dua wajah dari satu kesadaran yang sama — kesadaran yang menari dalam ritme Oṃ.
Maka setiap doa, setiap napas, dan setiap partikel alam sejatinya sedang bergetar dalam satu simfoni yang sama: irama Tuhan yang abadi.
Catatan dan Rujukan
1. Īśvarakṛṣṇa, Sāṃkhyakārikā (śloka 3–5) — menjelaskan prinsip Purusha–Prakriti dan evolusi tattva.
2. Ṛg Veda X.121.1 — tentang Hiraṇyagarbha, rahim kosmis sumber ciptaan.
3. Chāndogya Upaniṣad VI.2.1 — “Dari ākāśa lahir udara, dari udara lahir api, dari api lahir air, dari air lahir bumi.”
4. Spanda Kārikā (Tantra Kashmir Shaivism) — menjelaskan konsep spanda sebagai getaran kesadaran universal.
5. David Bohm (1980), Wholeness and the Implicate Order — teori kesatuan medan kesadaran dalam fisika.
6. Werner Heisenberg (1958), Physics and Philosophy — hubungan kesadaran dan realitas kuantum.
7. Buchanan, M. (2019), Quantum Reality: The Wave Nature of Everything, Quanta Magazine.
8. Yang, L. et al. (2024), Quantum Field Dynamics and Consciousness Models, Physical Review Letters.
Komentar
Posting Komentar