Langsung ke konten utama

Menjernihkan Sejarah Pura Tirta Empul Apuan

Menjernihkan Sejarah Pura Tirta Empul Apuan

Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba
Artikel berjudul “Dengan Pemongmong Jro Mangku Srigati: Kisah Pura Tirta Empul Apuan” yang dibuat oleh KKN Universitas Pendidikan Nasional Denpasar bersama Humas Desa Apuan, patut diapresiasi karena telah berupaya memperkenalkan potensi spiritual dan kebudayaan Desa Apuan. Namun, agar pemahaman umat dan masyarakat luas tidak terjebak dalam kekeliruan historis, beberapa hal penting perlu diluruskan.

Pertama, mengenai penyebutan bahwa Rsi Markandya pernah beryoga di Pura Tirta Empul Apuan pada masa pemerintahan Raja Tamanbali. Pernyataan ini tidak sesuai dengan fakta sejarah. Berdasarkan sumber epigrafis dan kajian arkeologi, Rsi Markandya hidup pada masa Dinasti Warmadewa, sekitar abad ke-10 Masehi, jauh sebelum masa pengaruh Majapahit. Sedangkan Raja Tamanbali adalah penguasa lokal yang hidup sekitar abad ke-17–18 Masehi. Jarak waktu di antara keduanya lebih dari tujuh abad, sehingga secara kronologis tidak mungkin keduanya hidup pada masa yang sama. Dengan demikian, kisah tentang Rsi Markandya di Apuan tidak dapat ditempatkan pada era Raja Tamanbali.

Kedua, sejauh ini belum terdapat sumber primer — baik berupa prasasti, lontar, maupun catatan sejarah resmi — yang menyebut secara spesifik bahwa Pura Tirta Empul Apuan adalah tempat beryoganya Rsi Markandya. Hubungan spiritual antara Rsi Markandya dengan wilayah Bali Tengah memang luas, terutama di sekitar Gunung Raung dan Taro, tetapi penyebutan lokasi tertentu memerlukan dasar sumber yang jelas agar tidak menjadi legenda baru yang kurang terverifikasi.

Ketiga, informasi dalam artikel tersebut yang menjelaskan berbagai simbol dan fungsi pura, seperti dua telaga sebagai lambang Brahma dan Wisnu, atau keyakinan bahwa pura tersebut menjadi tempat penetralisasi ilmu hitam, sejauh ini juga belum memiliki dasar sumber primer dari lontar, prasasti, maupun tradisi tutur kuno setempat. Penjelasan semacam itu lebih tepat dipandang sebagai tafsir atau kepercayaan lokal kontemporer, bukan sebagai fakta historis yang baku.

Keempat, mengenai keberadaan pemangku di pura ini, perlu diketahui bahwa Jro Mangku Srigati merupakan generasi pertama penerus dari ayahnya yang juga menjadi pemangku sebelumnya. Artinya, tradisi kepemangkuan di Pura Tirta Empul Apuan masih tergolong muda dan baru berjalan satu generasi. Fakta ini penting agar masyarakat memahami bahwa struktur pemangku di pura ini bukan warisan kuno yang berusia ratusan tahun, melainkan bagian dari dinamika perkembangan keagamaan masyarakat Desa Apuan masa kini.

Pelurusan ini bukanlah bentuk penyangkalan terhadap semangat pelestarian budaya dan spiritualitas, melainkan upaya menempatkan kebenaran sejarah, tradisi, dan tattwa sesuai sumbernya. Dalam dunia keagamaan, terlebih dalam konteks pura, antara mitos, keyakinan, dan sejarah sering kali berdampingan. Namun bila kita hendak menuliskannya secara ilmiah dan diwariskan kepada generasi berikutnya, maka pemisahan antara yang dipercaya dan yang terbukti menjadi sangat penting.

Air suci di Pura Tirta Empul Apuan tetaplah sakral, apa pun versi sejarah yang menyertainya. Kesuciannya bukan lahir dari cerita, tetapi dari keyakinan umat yang datang dengan hati tulus untuk menyucikan diri. Sebagaimana diungkapkan dalam Rg Veda X.9.1:
“Āpo hi ṣṭhā mayobhuvaḥ, tā na ūrje dadhātana, mahe raṇāya cakṣase.”
(“Wahai air suci, engkaulah pembawa kebahagiaan; semoga engkau memberi kami kekuatan dan cahaya untuk melihat kebenaran yang agung.”)

Air selalu mengajarkan kejujuran: ia mengalir mengikuti lembah kebenaran, bukan arah kepentingan. Maka meluruskan sejarah bukanlah menentang, tetapi menyucikan — agar pengetahuan tentang pura dan keyakinan umat tetap jernih seperti sumber air yang memancar dari bumi suci itu sendiri.

Komentar

Postingan Populer

Pediksan di desa Karangsuwung Tembuku Bangli

U

Tirtayatra PHDI KAB BANGLI. Madura, Kenjeran Bromao

Piodalan di Pura Pesraman Dharmawasita Capung Mas Ubud Gianyar Bali

Paruman Mawosang Karya Ring Pelinggih Ida Betara Siwa Budha Pesaraman Dharmawasita Mas Ubud

Dharama Santhi Dharmopadesa di Pesraman Dharma wasita Mas Ubud