Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Rekonstruksi Spiritualitas Nyepi: Pergeseran ke Tilem Kesanga Demi Keselarasan Kosmis

Rekonstruksi Spiritualitas Nyepi: Pergeseran ke Tilem Kesanga Demi Keselarasan Kosmis Oleh : IBN. Semara M. Hari Raya Nyepi merupakan momentum spiritual yang menandai pergantian tahun dalam kalender Saka. Saat ini, Nyepi diperingati pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa, dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian sebagai bentuk penyucian diri dan harmonisasi dengan alam semesta. Saya berpendapat, berdasarkan pertimbangan filosofis, kosmologis, serta kesinambungan energi spiritual dalam praktik Hindu Bali, bahwa pemindahan Nyepi ke Tilem Kesanga dengan pelaksanaan Pengerupukan pada Panglong 14 Sasih Kesanga merupakan langkah yang lebih sejalan dengan keseimbangan kosmis. Pertimbangan ini muncul karena pelaksanaan Pengerupukan yang bertepatan dengan Tilem Kesanga berpotensi menimbulkan komplikasi energi, di mana energi Bhuta Yadnya dilepaskan bersamaan dengan momentum penyucian spiritual tertinggi. Oleh karena itu, memisahkan Pengerupukan dari Tilem dan menempatkan Nyepi...

Manusia, Energi, dan Alam: Sebuah Hubungan yang Tak Terpisahkan

Manusia, Energi, dan Alam: Sebuah Hubungan yang Tak Terpisahkan Oleh : IBN. Semara M. 26-03-2003 Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menganggap hal-hal luar biasa di sekitar kita sebagai sesuatu yang biasa. Namun, jika kita merenungkannya lebih dalam, kita akan menyadari bahwa kehidupan manusia sejatinya terjalin dalam hubungan yang sangat erat dengan energi, materi, dan alam semesta. Dari proses kelahiran hingga perjalanan hidup, kita senantiasa berada dalam siklus energi yang tak terputus, mencerminkan hukum kekekalan energi: energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya berubah bentuk. Mari kita mulai dari proses awal kehidupan manusia. Setiap individu berawal dari pertemuan dua sel yang sangat kecil—sel sperma dan sel telur. Keduanya hanya dapat bertahan hidup dalam waktu yang sangat singkat tanpa bertemu. Namun, ketika keduanya bersatu, terjadi transformasi yang luar biasa. Energi yang mendorong penyatuan ini menciptakan pembelahan sel yang...

Dang Hyang Nirartha dan Transformasi Sosial di Bali: Dari Buddha ke Siwa-Siddhanta

Dang Hyang Nirartha dan Transformasi Sosial di Bali: Dari Buddha ke Siwa-Siddhanta   Oleh: IBN. Semara M. Kisah  Dang Hyang Nirartha  merupakan salah satu bagian penting dalam sejarah spiritual dan sosial Bali. Beliau bukan hanya seorang pembaharu ajaran Hindu-Bali, tetapi juga tokoh yang membawa perubahan mendasar dalam struktur sosial masyarakat. Namun, ada satu aspek yang sering terabaikan dalam berbagai kajian sejarah, yaitu  latar belakang keagamaannya sebelum menetapkan ajaran Siwa-Siddhanta di Bali  serta bagaimana beliau secara tegas  menolak sistem kasta yang berlaku dalam kehidupan sosial . Perjalanan Spiritual: Dari Buddha ke Siwa-Siddhanta Sebagai seorang keturunan  Brahmana Wangsa , Dang Hyang Nirartha telah memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran spiritual sejak muda.  Sebelum menikah, beliau berpaham Buddha , sebagaimana disebutkan dalam  Babad Brahmana  dan  Dwijendra Tattwa . Hal ini sangat relevan karena ...

Mengendalikan Pikiran, Menaklukkan Avidya

Mengendalikan Pikiran, Menaklukkan Avidya Pikiran adalah alat yang luar biasa. Ia mampu menciptakan, menganalisis, dan membawa manusia pada berbagai kemungkinan yang tak terbatas. Namun, sebagaimana pisau yang tajam, pikiran dapat menjadi alat yang berguna jika digunakan dengan bijak, tetapi juga bisa menjadi senjata yang berbahaya jika tidak terkendali. Pikiran yang liar dapat menyesatkan, memunculkan ketakutan, dan memperbudak manusia dalam ilusi. Dalam ajaran spiritual, pikiran yang belum terkendali ini disebut avidya —ketidaktahuan, kegelapan, atau ilusi yang mengaburkan kebenaran sejati. Di sinilah kesadaran berperan sebagai guru bagi pikiran. Kesadaran adalah cahaya yang menerangi kegelapan avidya, yang memberikan arah bagi pikiran agar ia tidak bergerak liar tanpa kendali. Kesadaran bukan sekadar "mengetahui," tetapi juga "menyadari" dengan jernih apa yang terjadi dalam diri dan sekitar kita. Ketika kesadaran memimpin, pikiran menjadi pela...