SAAT HENING BERBICARA Pendahuluan: Mengingat Kembali Jati Diri Dalam perjalanan hidup, kadang seseorang merasa sudah menjalani banyak hal—sembahyang, ritual, upacara—namun kedamaian belum benar-benar tiba. Ada ruang hening di dalam diri yang belum disentuh. Kita berlari dari satu yadnya ke yadnya lain, tetapi tidak selalu berhenti untuk memahami apa yang bergerak di dalam batin. Kearifan Hindu Bali sejatinya sudah menuntun manusia untuk tidak kehilangan jati diri. Ajaran tentang Antahkarana Catur, prana, serta kedalaman manah sering kali lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari daripada yang disadari. Ilmu modern seperti neurosains kini justru memperkuat apa yang telah lama diwariskan para leluhur. Di titik pertemuan inilah, sains dan dharma tidak saling meniadakan, melainkan saling menerangi.[¹] Antahkarana Catur: Peta Batin yang Selalu Relevan Empat instrumen batin yang dijelaskan dalam ajaran Hindu bukan sekadar istilah kuno, tetapi gambaran nyata mekanisme batin manusia...
Samsara dan Neurosains: Jalan Panjang Kesadaran, Otak, dan Kelahiran Kembali di Dalam Diri Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Ada satu pertanyaan yang sejak dahulu menggelitik hati manusia: Apakah hidup ini benar-benar bergerak lurus, ataukah ia berputar, berulang, dan melahirkan dirinya kembali? Dalam tradisi Hindu, Buddha, dan spiritualitas Nusantara, jawabannya telah lama dirangkum dalam satu kata: samsara—siklus kelahiran, kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali yang tidak pernah berhenti. Namun, di abad modern ini, neurosains menemukan sesuatu yang tidak berbeda jauh: otak ternyata hidup dalam siklus. Ia lahir, tumbuh, berubah, membentuk pola, menghancurkan pola, lalu membangun pola yang baru. Di dalam jaringan neuron manusia, samsara berlangsung setiap hari. Di dalam ingatan, trauma, kebiasaan, dan cara kita bereaksi, terdapat siklus berulang yang sangat serupa dengan konsep yang diajarkan para resi ribuan tahun silam. Artikel ini mencoba menyatuka...