Langsung ke konten utama

Postingan

Yajna Sattwika

Yajna Sattwika: Integrasi Kearifan Hindu Bali, Neuroplasticity, dan Strategi Pencegahan Kemiskinan Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern yang semakin dipenuhi materialisme, tradisi Hindu Bali masih memancarkan cahaya jernih tentang keseimbangan. Yajna—pengorbanan suci yang menjadi inti spiritualitas Bali—bukan sekadar ritual, melainkan mekanisme hidup untuk menjaga harmoni diri dan semesta. Ironinya, yajna yang dilakukan tanpa kesadaran dapat menjadi gerbang kemiskinan, sedangkan yajna yang dijalankan dengan pemahaman Sattwika justru berdiri sebagai benteng kesejahteraan. Bhagavad Gita Bab 17 menjelaskan tiga wajah yajna: rajasika yang digerakkan gengsi , tamasika yang lahir dari kelalaian , serta sattwika yang murni dan tulus. Ketiganya bukan sekadar kategori spiritual, tetapi cermin dari cara manusia mengelola artha , pikiran , dan energi hidupnya. Ketika Tri Hita Karana—harmoni dengan Tuhan, sesama, dan alam—diterapkan dal...
Postingan terbaru

Era Keyakinan vs. Era Pengetahuan: Dari Mitos ke Makna

Era Keyakinan vs. Era Pengetahuan: Dari Mitos ke Makna Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Selama ribuan tahun manusia hidup dalam pelukan keyakinan. Cahaya itu begitu hangat, begitu akrab, sehingga nenek moyang kita merasa aman di balik cerita-cerita yang mereka warisi. Petir dianggap murka para dewa, penyakit dipahami sebagai kutukan roh, dan segala ketakutan ditenangkan oleh mitos yang dirajut dari rasa percaya. Otak manusia yang sejak awal berevolusi untuk mencari kepastian menemukan tempat berteduh di balik hal-hal yang diyakini, meskipun kepercayaannya belum tentu benar. Yang penting bukan kebenarannya, tetapi perasaan aman yang ditimbulkan oleh keyakinan itu. Lalu zaman berubah. Sains lahir, berkembang, dan perlahan menyalakan terang yang lain—lebih tajam, lebih dingin, namun tidak bisa diabaikan. Kita belajar menghitung dan menulis. Kita meneliti dan menguji. Kita menemukan bahwa petir hanyalah listrik, penyakit disebabkan bakteri, dan bumi yang kita pijak ternya...

Mengenal Konsep Tuhan dalam Hindu Bali: AntaraNirguna dan Saguna

Mengenal Konsep Tuhan dalam Hindu Bali: Antara Nirguna dan Saguna Mengenal Konsep Tuhan dalam Hindu Bali: Antara Nirguna dan Saguna Dalam tradisi Hindu Bali, pemahaman tentang Tuhan tidak hanya sekadar menyembah dewa-dewi dalam bentuk tertentu. Di balik wujud-wujud yang akrab dalam ritual dan upacara, terdapat pemahaman mendalam tentang Tuhan yang tanpa sifat (nirguna), tanpa bentuk (nirakara), dan melampaui segala definisi. Konsep ini tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi, membentuk sebuah tangga spiritual yang memandu umat dari yang kasat mata menuju yang tak terbayangkan. 1. Sang Hyang Widhi: Tuhan dalam Hindu Bali Umat Hindu Bali mengenal Sang Hyang Widhi Wasa sebagai representasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Konsep ini, yang distandardisasi oleh para Dang Acarya pada awal abad ke-20 untuk menjawab kebutuhan zaman, sesungguhnya berakar sangat dalam pada filsafat Veda. Hakikat Sang Hyang Widhi adalah: · Nirguna: Tanpa sifat atau atribut duniawi. Ia adalah Realitas Abs...

Getaran Rasa yang Menarik Jalan Hidup

Getaran Rasa yang Menarik Jalan Hidup Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Yang kita rasakan itulah yang kita tarik. Kalimat ini sederhana, tetapi membawa kedalaman yang hanya bisa disentuh oleh mereka yang pernah hening dalam dirinya sendiri. Batin manusia adalah medan energi halus, jauh lebih lembut daripada apa yang dapat ditangkap oleh mata dan telinga. Dalam lontar Tutur Candrabherawa dijelaskan bahwa citta—getaran pikiran-perasaan —adalah pusat dari bening atau keruhnya jagat alit. Disana tertulis, “ Citta nirmala ika  pawetuning jagat ,” bahwa ketika batin jernih, dunia pun ikut menjadi jernih. Seolah-olah alam semesta menjawab apa yang kita pancarkan dari dalam diri. Dalam ajaran Bhagavad Gita, manusia diingatkan bahwa arah hidup meningkat atau jatuh bukan ditentukan dari luar, tetapi dari kualitas pikirannya sendiri. Sloka 6.5 menegaskan, “Ātmanā hy ātmanam uddhared…” —bahwa setiap orang mengangkat ataupun menjatuhkan dirinya melalui kekuatan batinnya send...

Ketika Kesucian Menyapa di Ruang Nista

Ketika Kesucian Menyapa di Ruang Nista Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara M . Ada pertanyaan yang sering muncul dalam obrolan halus di antara umat: mengapa terkadang, saat berada di kamar mandi — ruang yang dalam tradisi kita disebut nistaning mandala — tiba‑tiba muncul dorongan untuk memikirkan hal-hal suci? Bukankah ruang itu dianggap rendah, tempat pembersihan fisik, tempat kita tidak boleh membawa simbol suci, apalagi melakukan kegiatan ritual? Pertanyaan ini tampaknya sederhana, namun menyentuh hubungan halus antara tubuh, pikiran, dan tatanan kosmologis Bali yang membagi ruang menurut tingkatan energinya. Kamar mandi memang termasuk nistaning mandala, tempat energi kasar bekerja. Namun nista tidak identik dengan najis moral; ia hanya ruang rendah dalam urutan mandala. Ruang rendah ini justru sering menjadi tempat tubuh merendahkan ketegangannya — air yang mengalir di kulit membuat bayu menurun, napas menjadi ringan, dan sabda berhenti bekerja. Di saat-saat it...

Badai dan Sang Pengamat

Badai dan Sang Pengamat Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Ada manusia yang ketika badai menggulung dari segala penjuru, ia tidak tumbang, tidak pula memberontak. Ia berdiri dengan napas yang tetap utuh, bagai danau yang memantulkan cahaya bulan. Ketenangan yang lahir darinya bukan karena ia kebal rasa sakit, tetapi karena ia telah belajar menari dengan ritme alam. Dalam diam halus itu, sains berbisik, filsafat memberi arah, dan spiritualitas Bali menyempurnakan maknanya. Ketenangan sejati bermula ketika seseorang memahami bahwa tidak semua ombak harus ia lawan. Yang ia kelola bukan angin, melainkan perahunya sendiri. Di dalam tubuh manusia, prefrontal cortex — pusat idep, pusat arah — adalah nakhoda yang menuntun. Ia memilih fokus pada locus of control yang berada dalam genggaman: tindakanku, caraku menarik napas, caraku berpikir. Ini bukan sekadar psikologi, melainkan bentuk bakti kepada tubuh yang diberi bayu, sabda, dan idep oleh Sang Hyang Widhi. Mengutuk badai hany...

Getaran Puja, Frekuensi Bajra, dan Hormon Kebahagiaan dalam Yadnya

Getaran Puja, Frekuensi Bajra, dan Hormon Kebahagiaan dalam Yadnya Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Setiap puja yang dilantunkan oleh seorang Sulinggih selalu dimulai dari hening batin. Dalam keheningan itu, suara muncul bukan sekadar bunyi , tetapi gelombang yang membawa niat suci, doa , dan kesadaran . Mantra yang mengalir lembut adalah rangkaian getaran yang memasuki telinga umat, lalu menyentuh seluruh sistem saraf , mempengaruhi kimia tubuh, serta membangkitkan rasa damai yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata. Itulah sebabnya umat sering berkata bahwa suara puja seorang Sulinggih bisa “ menyentuh sampai ke hati ”. Di balik pengalaman batin tersebut, ada sesuatu yang bekerja secara halus di tubuh manusia. Ketika mantra dilantunkan dalam ritme yang teratur , frekuensi suaranya memicu peningkatan hormon oksitosin — hormon kedamaian , keteduhan, dan rasa keterhubungan. Oksitosin inilah yang membuat umat merasa dekat dengan Tuhan , merasa diterima...

Nawa Darsana Darma

Nawa Darsana Darma: Sembilan Pandangan Hidup dalam Perspektif Kontemporer Hindu Bali Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Zaman bergerak cepat, tetapi nilai kebenaran sejati tidak pernah berubah. Di tengah arus modernitas dan kegaduhan dunia, manusia memerlukan kompas rohani agar tidak kehilangan arah. Dari perenungan panjang lahirlah konsep Nawa Darsana Darma, sembilan pandangan hidup yang menjadi jalan kesadaran baru — bukan untuk menggantikan ajaran lama, melainkan untuk menghidupkannya kembali dalam konteks kehidupan masa kini. Konsep ini berakar pada kebijaksanaan Hindu Bali, berpijak pada tattwa dan ajaran dharma, namun berbicara dalam bahasa zaman. Ia bukan doktrin, melainkan cermin kesadaran: bagaimana manusia menata hidup, berpikir, dan berbuat sesuai irama semesta. 1. Satya – Kebenaran yang Menghidupkan Satya bukan hanya berkata jujur, melainkan hidup dalam kebenaran itu sendiri. Dalam dunia yang dipenuhi kepalsuan, Satya mengajarkan keberanian untuk menjadi ter...