AlamRasa Om Swastyastu Berapa lama lagi manusia akan mencari Tuhan hanya lewat kata-kata, lewat buku, lewat dalil, lewat konsep yang saling bersahutan? Semua itu penting, namun pada akhirnya harus ditundukkan. Sebab ada wilayah yang tak bisa dijangkau oleh akal dan kata. Di wilayah itu hanya keheningan yang mampu menuntun jiwa pulang. Dalam ajaran Hindu Bali dikenal mauna, diam suci. Diam yang bukan sekadar menahan bicara, melainkan hening di pikiran, teduh di hati, dan lapang di jiwa. Justru dalam diam itu atman dapat mendengar kembali bisikan halus dari Brahman. Dan saat hening itu hadir, barulah tersadar bahwa jarak dengan Sang Hyang Widhi sebenarnya tidak pernah ada. Yang jauh hanyalah pikiran yang terus berlari ke luar. Menjadi seperti anak kecil barangkali adalah jalan yang paling dekat. Anak kecil tidak sibuk dengan dalih dan argumen. Ia hanya menangis bila jauh dari ibunya. Demikian pula jiwa yang telah menyentuh rasa; ia hanya rindu bila terasa jauh dari Tuhan...
Nafas dan Rahasia Om dalam Hindu Bali Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara M. Sejak manusia lahir, sebelum telinga mendengar suara, sebelum mulut mengeluarkan tangisan, bahkan sebelum kesadaran akan dunia hadir, ada sesuatu yang datang mendahului segalanya: nafas. Tarikan awal itu bukan sekadar udara yang masuk, melainkan pertanda bahwa atma telah bersatu dengan jasad. Pada hela pertama itu sesungguhnya sudah terucap sebuah mantra, mantra yang paling tua dan paling suci: Om . Om bukan sekadar bunyi. Ia adalah getaran semesta, denyut awal dari segala ciptaan, gema yang tidak pernah padam. Dalam Hindu Bali, Om disebut pranava mantra, mantra yang menyatu dengan prana, daya hidup yang mengalir bersama nafas. Ia tidak perlu dicari jauh-jauh, karena sejak kita lahir sudah bersemayam di dalam diri. Sebagaimana diuraikan dalam Mandukya Upanisad: “Om ity etad akṣaram idam sarvam. Tasyo’py etasya vācakaḥ ātmā” — Om adalah aksara suci yang meliputi segalanya, dan ia adalah penunjuk dari Sang Atma it...