Ketika Gelar Menjadi Banyak, Tapi Adab Menjadi Langka Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Suatu hari, di tengah keramaian seminar, diskusi, dan rapat yang penuh orang-orang berpendidikan tinggi, saya merenung dalam diam: mengapa dunia yang semakin cerdas ini justru terasa semakin bising, semakin jauh dari keheningan batin? Orang bergelar doktor, profesor, dan guru besar kini mudah dijumpai. Pemuka agama dan guru spiritual juga bertebaran di mana-mana. Organisasi masyarakat pun tumbuh bak jamur di musim hujan. Namun di tengah semua itu, muncul satu pertanyaan yang menggigit nurani: mengapa adab, etika, dan moral justru semakin sukar ditemukan? Fenomena ini memperlihatkan bahwa pendidikan, keagamaan, dan organisasi sosial telah kehilangan ruh sejatinya. Kita sibuk mengejar bentuk, tapi lupa pada isi. Bangga pada gelar, tapi lupa pada laku. Ilmu diajarkan, tetapi kebijaksanaan ditinggalkan. Gelar akademik memang bisa diraih dengan belajar keras, namun adab hanya tumbuh dari ...
Makna Tumpek Wariga Sumber: Lontar Tutur Begawan Agastyaprana & Lontar Sundharigama (Ida Pedanda Gede Manara Putra Kekeran) Sesungguhnya, menurut petunjuk sastra-sastra agama Hindu, khususnya dalam Lontar Tutur Begawan Agastyaprana dan Lontar Sundharigama, pelaksanaan upacara Tumpek Wariga tidak hanya diperuntukkan bagi pohon-pohon yang berbuah atau menghasilkan bahan pangan saja, melainkan juga bagi seluruh tumbuh-tumbuhan yang hidup di muka bumi — termasuk semak, rerumputan, serta pepohonan kecil yang menjadi bagian dari kehidupan alam. Demikian pula, pelaksanaan hari Tumpek Wariga dan hari-hari Tumpek lainnya tidak hanya ditujukan bagi Bhuwana Agung (alam semesta besar), tetapi juga bagi Bhuwana Alit (alam semesta kecil dalam diri manusia). Manusia yang makan sayur-sayuran dan buah-buahan sejatinya telah membawa unsur tumbuh-tumbuhan ke dalam tubuhnya. Unsur inilah yang membantu proses kehidupan hingga manusia memiliki bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya. Bulu-bulu ...