Langsung ke konten utama

Postingan

Getaran Rasa yang Menarik Jalan Hidup

Getaran Rasa yang Menarik Jalan Hidup Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Yang kita rasakan itulah yang kita tarik. Kalimat ini sederhana, tetapi membawa kedalaman yang hanya bisa disentuh oleh mereka yang pernah hening dalam dirinya sendiri. Batin manusia adalah medan energi halus, jauh lebih lembut daripada apa yang dapat ditangkap oleh mata dan telinga. Dalam lontar Tutur Candrabherawa dijelaskan bahwa citta—getaran pikiran-perasaan —adalah pusat dari bening atau keruhnya jagat alit. Disana tertulis, “ Citta nirmala ika  pawetuning jagat ,” bahwa ketika batin jernih, dunia pun ikut menjadi jernih. Seolah-olah alam semesta menjawab apa yang kita pancarkan dari dalam diri. Dalam ajaran Bhagavad Gita, manusia diingatkan bahwa arah hidup meningkat atau jatuh bukan ditentukan dari luar, tetapi dari kualitas pikirannya sendiri. Sloka 6.5 menegaskan, “Ātmanā hy ātmanam uddhared…” —bahwa setiap orang mengangkat ataupun menjatuhkan dirinya melalui kekuatan batinnya send...

Ketika Kesucian Menyapa di Ruang Nista

Ketika Kesucian Menyapa di Ruang Nista Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara M . Ada pertanyaan yang sering muncul dalam obrolan halus di antara umat: mengapa terkadang, saat berada di kamar mandi — ruang yang dalam tradisi kita disebut nistaning mandala — tiba‑tiba muncul dorongan untuk memikirkan hal-hal suci? Bukankah ruang itu dianggap rendah, tempat pembersihan fisik, tempat kita tidak boleh membawa simbol suci, apalagi melakukan kegiatan ritual? Pertanyaan ini tampaknya sederhana, namun menyentuh hubungan halus antara tubuh, pikiran, dan tatanan kosmologis Bali yang membagi ruang menurut tingkatan energinya. Kamar mandi memang termasuk nistaning mandala, tempat energi kasar bekerja. Namun nista tidak identik dengan najis moral; ia hanya ruang rendah dalam urutan mandala. Ruang rendah ini justru sering menjadi tempat tubuh merendahkan ketegangannya — air yang mengalir di kulit membuat bayu menurun, napas menjadi ringan, dan sabda berhenti bekerja. Di saat-saat it...

Badai dan Sang Pengamat

Badai dan Sang Pengamat Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Ada manusia yang ketika badai menggulung dari segala penjuru, ia tidak tumbang, tidak pula memberontak. Ia berdiri dengan napas yang tetap utuh, bagai danau yang memantulkan cahaya bulan. Ketenangan yang lahir darinya bukan karena ia kebal rasa sakit, tetapi karena ia telah belajar menari dengan ritme alam. Dalam diam halus itu, sains berbisik, filsafat memberi arah, dan spiritualitas Bali menyempurnakan maknanya. Ketenangan sejati bermula ketika seseorang memahami bahwa tidak semua ombak harus ia lawan. Yang ia kelola bukan angin, melainkan perahunya sendiri. Di dalam tubuh manusia, prefrontal cortex — pusat idep, pusat arah — adalah nakhoda yang menuntun. Ia memilih fokus pada locus of control yang berada dalam genggaman: tindakanku, caraku menarik napas, caraku berpikir. Ini bukan sekadar psikologi, melainkan bentuk bakti kepada tubuh yang diberi bayu, sabda, dan idep oleh Sang Hyang Widhi. Mengutuk badai hany...

Getaran Puja, Frekuensi Bajra, dan Hormon Kebahagiaan dalam Yadnya

Getaran Puja, Frekuensi Bajra, dan Hormon Kebahagiaan dalam Yadnya Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Setiap puja yang dilantunkan oleh seorang Sulinggih selalu dimulai dari hening batin. Dalam keheningan itu, suara muncul bukan sekadar bunyi , tetapi gelombang yang membawa niat suci, doa , dan kesadaran . Mantra yang mengalir lembut adalah rangkaian getaran yang memasuki telinga umat, lalu menyentuh seluruh sistem saraf , mempengaruhi kimia tubuh, serta membangkitkan rasa damai yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata. Itulah sebabnya umat sering berkata bahwa suara puja seorang Sulinggih bisa “ menyentuh sampai ke hati ”. Di balik pengalaman batin tersebut, ada sesuatu yang bekerja secara halus di tubuh manusia. Ketika mantra dilantunkan dalam ritme yang teratur , frekuensi suaranya memicu peningkatan hormon oksitosin — hormon kedamaian , keteduhan, dan rasa keterhubungan. Oksitosin inilah yang membuat umat merasa dekat dengan Tuhan , merasa diterima...

Nawa Darsana Darma

Nawa Darsana Darma: Sembilan Pandangan Hidup dalam Perspektif Kontemporer Hindu Bali Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Zaman bergerak cepat, tetapi nilai kebenaran sejati tidak pernah berubah. Di tengah arus modernitas dan kegaduhan dunia, manusia memerlukan kompas rohani agar tidak kehilangan arah. Dari perenungan panjang lahirlah konsep Nawa Darsana Darma, sembilan pandangan hidup yang menjadi jalan kesadaran baru — bukan untuk menggantikan ajaran lama, melainkan untuk menghidupkannya kembali dalam konteks kehidupan masa kini. Konsep ini berakar pada kebijaksanaan Hindu Bali, berpijak pada tattwa dan ajaran dharma, namun berbicara dalam bahasa zaman. Ia bukan doktrin, melainkan cermin kesadaran: bagaimana manusia menata hidup, berpikir, dan berbuat sesuai irama semesta. 1. Satya – Kebenaran yang Menghidupkan Satya bukan hanya berkata jujur, melainkan hidup dalam kebenaran itu sendiri. Dalam dunia yang dipenuhi kepalsuan, Satya mengajarkan keberanian untuk menjadi ter...

Makna Tumpek Wariga

Makna Tumpek Wariga Sumber: Lontar Tutur Begawan Agastyaprana & Lontar Sundharigama (Ida Pedanda Gede Manara Putra Kekeran) Sesungguhnya, menurut petunjuk sastra-sastra agama Hindu, khususnya dalam Lontar Tutur Begawan Agastyaprana dan Lontar Sundharigama, pelaksanaan upacara Tumpek Wariga tidak hanya diperuntukkan bagi pohon-pohon yang berbuah atau menghasilkan bahan pangan saja, melainkan juga bagi seluruh tumbuh-tumbuhan yang hidup di muka bumi — termasuk semak, rerumputan, serta pepohonan kecil yang menjadi bagian dari kehidupan alam. Demikian pula, pelaksanaan hari Tumpek Wariga dan hari-hari Tumpek lainnya tidak hanya ditujukan bagi Bhuwana Agung (alam semesta besar), tetapi juga bagi Bhuwana Alit (alam semesta kecil dalam diri manusia). Manusia yang makan sayur-sayuran dan buah-buahan sejatinya telah membawa unsur tumbuh-tumbuhan ke dalam tubuhnya. Unsur inilah yang membantu proses kehidupan hingga manusia memiliki bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya. Bulu-bulu ...

SABDA TANMATRA: GETARAN AWAL SEMESTA

SABDA TANMATRA: GETARAN AWAL SEMESTA Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Bayangkan sebuah ruang yang tampak kosong, tetapi sejatinya tidak pernah benar-benar hampa. Ia berdenyut, bergetar, dan menjadi sumber dari segala manifestasi bentuk. Para ilmuwan fisika kuantum menyebutnya sebagai field of energy — medan kuantum yang terus berfluktuasi — sementara dalam filsafat Sāṃkhya disebut sebagai Prakṛti, yang tersusun atas tiga kekuatan dasar: Sattva, Rajas, dan Tamas. Dua pandangan ini, meskipun lahir dari zaman dan budaya yang berbeda, sejatinya berbicara tentang satu realitas: getaran yang melahirkan seluruh wujud. Dalam Sāṃkhya Kārikā karya Īśvarakṛṣṇa dijelaskan: > “Prakṛtiḥ triguṇātmikā, vikṛtiḥ pañcaviṃśatiḥ.” (Sāṃkhya Kārikā, 3) Prakṛti memiliki tiga guna (Sattva, Rajas, Tamas), dan darinya lahir dua puluh lima unsur (tattva). Artinya, seluruh jagat raya berasal dari satu sumber halus yang bergetar dalam tiga sifat dasar. Dalam bahasa modern, getaran ini dapat di...

RAHASIA PIKIRAN BAWAH SADAR DAN PIKIRAN SUPER SADAR

RAHASIA PIKIRAN BAWAH SADAR DAN PIKIRAN SUPER SADAR Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba “Manah eva manushyanam karanam bandhamokshayo.” Pikiran adalah penyebab keterikatan sekaligus pembebasan manusia. (Bhagavad Gita, VI.5) Ada dunia sunyi di dalam diri, yang tidak bisa dijangkau oleh logika, tetapi terasa nyata dalam setiap napas kehidupan. Kadang ia menuntun dengan lembut, kadang menarik kita ke jalan yang sama berulang kali — meski kita tahu arah itu bukan yang kita kehendaki. Dunia itu bernama pikiran bawah sadar, lautan halus tempat segala ingatan, trauma, dan kebiasaan bersemayam dalam diam. Di sanalah tersimpan semua kesan batin yang pernah kita lalui. Rasa takut yang datang tanpa sebab, kecemasan yang muncul tiba-tiba, atau kecenderungan yang seolah tak bisa diubah — semuanya berasal dari akar yang tertanam di dalam Citta, pusat bawah sadar dalam ajaran Hindu. Citta bagaikan taman luas di mana benih pengalaman tumbuh. Jika kita menanam cinta, ia berbuah damai. Namun ...