Rekontekstualisasi Ajaran dan Tradisi: Belajar dari Kisah Mesatya dalam Hindu Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Kitab suci, dalam pandangan agama apa pun, adalah sumber nilai yang bersifat tetap —tidak dapat dihapus atau diubah. Ayat-ayatnya tetap tertulis, tetapi konteks penerapannya bergerak mengikuti arus zaman. Dunia terus berubah, baik dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, maupun hukum. Perubahan ini tidak bisa kita hentikan, tidak peduli apakah kita menyukainya atau tidak. Yang dapat kita lakukan adalah menafsirkan ulang makna ayat atau tradisi tersebut agar tetap selaras dengan kemanusiaan, pendidikan, kecerdasan, dan kesejahteraan zaman ini. Dalam konteks agama Hindu, salah satu contoh yang mencolok adalah praktik mesatya —ritual di mana seorang istri ikut mengakhiri hidupnya dengan terjun ke api unggun setelah suaminya (biasanya raja atau bangsawan) meninggal dunia. Pada masa lalu, mesatya dipandang sebagai bentuk kesetiaan yang luhur. Namun, sejarah d...
catatan Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba, Giriya Kawan Apuan Bangli