“Saat Bakti Menjadi Bijak” Banyak orang masih keliru memahami spiritualitas. Semakin gaib, semakin mistis, semakin banyak ritual yang dilakukan dengan biaya besar—sering dianggap sebagai tanda bahwa seseorang semakin tinggi tingkat rohaninya. Padahal, semakin seseorang tumbuh dalam spiritualitas sejati, justru ia semakin rasional. Ia tidak menelan mentah-mentah mitos, tidak silau pada simbol, dan tidak memuja kemewahan upacara. Ia menapaki hidup dengan keseimbangan antara logika, rasa, dan kebijaksanaan. Spiritualitas sejati adalah keselarasan. Ia bukan hanya mengandalkan otak kiri yang penuh perhitungan, dan bukan pula semata-mata otak kanan yang larut dalam rasa. Ia adalah titik temu antara keduanya. Rasionalitas membuatnya paham hukum sebab-akibat, sementara intuisi menuntun pada kehalusan hati. Dari sinilah lahir sikap yang tidak ekstrem: pengalaman batin bisa dijelaskan dengan bahasa sederhana, rendah hati, dan tidak arogan. Dalam perkembangan manusia, kecerdasan serin...
catatan Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba, Giriya Kawan Apuan Bangli