Jangan Gadaikan Yadnya dengan Gengsi Ketika yadnya berubah jadi ajang pamer, suci pun kehilangan maknanya. Ada saat di mana yadnya tidak lagi menjadi persembahan, melainkan pertunjukan. Ketika dupa masih mengepul, tetapi hati justru terikat pada pujian dan gengsi. Padahal yadnya sejati bukanlah tentang seberapa besar banten yang dihaturkan, melainkan seberapa tulus hati yang mempersembahkan. Jika yadnya kehilangan kesucian niatnya, maka apa yang semestinya menjadi jalan menuju kebebasan bisa berubah menjadi jerat keterikatan baru. Hakikat Yadnya yang Sebenarnya Dalam kehidupan umat Hindu, yadnya sering dipahami sebagai inti dari dharma, sebab ia adalah wujud bakti dan rasa syukur manusia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Namun sejatinya, yadnya tidak hanya soal upacara, persembahan, atau besarnya banten yang dihaturkan. Ia adalah gerak kesadaran spiritual yang lahir dari hati yang suci. Dalam Bhagavad Gita Adhyaya XVII dijelaskan bahwa yadnya dibedakan menjadi tiga, sesuai ...
catatan Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba, Giriya Kawan Apuan Bangli