Langsung ke konten utama

Postingan

Getaran Puja, Frekuensi Bajra, dan Hormon Kebahagiaan dalam Yadnya

Getaran Puja, Frekuensi Bajra, dan Hormon Kebahagiaan dalam Yadnya Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Setiap puja yang dilantunkan oleh seorang Sulinggih selalu dimulai dari hening batin. Dalam keheningan itu, suara muncul bukan sekadar bunyi , tetapi gelombang yang membawa niat suci, doa , dan kesadaran . Mantra yang mengalir lembut adalah rangkaian getaran yang memasuki telinga umat, lalu menyentuh seluruh sistem saraf , mempengaruhi kimia tubuh, serta membangkitkan rasa damai yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata. Itulah sebabnya umat sering berkata bahwa suara puja seorang Sulinggih bisa “ menyentuh sampai ke hati ”. Di balik pengalaman batin tersebut, ada sesuatu yang bekerja secara halus di tubuh manusia. Ketika mantra dilantunkan dalam ritme yang teratur , frekuensi suaranya memicu peningkatan hormon oksitosin — hormon kedamaian , keteduhan, dan rasa keterhubungan. Oksitosin inilah yang membuat umat merasa dekat dengan Tuhan , merasa diterima...

Nawa Darsana Darma

Nawa Darsana Darma: Sembilan Pandangan Hidup dalam Perspektif Kontemporer Hindu Bali Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Zaman bergerak cepat, tetapi nilai kebenaran sejati tidak pernah berubah. Di tengah arus modernitas dan kegaduhan dunia, manusia memerlukan kompas rohani agar tidak kehilangan arah. Dari perenungan panjang lahirlah konsep Nawa Darsana Darma, sembilan pandangan hidup yang menjadi jalan kesadaran baru — bukan untuk menggantikan ajaran lama, melainkan untuk menghidupkannya kembali dalam konteks kehidupan masa kini. Konsep ini berakar pada kebijaksanaan Hindu Bali, berpijak pada tattwa dan ajaran dharma, namun berbicara dalam bahasa zaman. Ia bukan doktrin, melainkan cermin kesadaran: bagaimana manusia menata hidup, berpikir, dan berbuat sesuai irama semesta. 1. Satya – Kebenaran yang Menghidupkan Satya bukan hanya berkata jujur, melainkan hidup dalam kebenaran itu sendiri. Dalam dunia yang dipenuhi kepalsuan, Satya mengajarkan keberanian untuk menjadi ter...

Makna Tumpek Wariga

Makna Tumpek Wariga Sumber: Lontar Tutur Begawan Agastyaprana & Lontar Sundharigama (Ida Pedanda Gede Manara Putra Kekeran) Sesungguhnya, menurut petunjuk sastra-sastra agama Hindu, khususnya dalam Lontar Tutur Begawan Agastyaprana dan Lontar Sundharigama, pelaksanaan upacara Tumpek Wariga tidak hanya diperuntukkan bagi pohon-pohon yang berbuah atau menghasilkan bahan pangan saja, melainkan juga bagi seluruh tumbuh-tumbuhan yang hidup di muka bumi — termasuk semak, rerumputan, serta pepohonan kecil yang menjadi bagian dari kehidupan alam. Demikian pula, pelaksanaan hari Tumpek Wariga dan hari-hari Tumpek lainnya tidak hanya ditujukan bagi Bhuwana Agung (alam semesta besar), tetapi juga bagi Bhuwana Alit (alam semesta kecil dalam diri manusia). Manusia yang makan sayur-sayuran dan buah-buahan sejatinya telah membawa unsur tumbuh-tumbuhan ke dalam tubuhnya. Unsur inilah yang membantu proses kehidupan hingga manusia memiliki bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya. Bulu-bulu ...

SABDA TANMATRA: GETARAN AWAL SEMESTA

SABDA TANMATRA: GETARAN AWAL SEMESTA Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Bayangkan sebuah ruang yang tampak kosong, tetapi sejatinya tidak pernah benar-benar hampa. Ia berdenyut, bergetar, dan menjadi sumber dari segala manifestasi bentuk. Para ilmuwan fisika kuantum menyebutnya sebagai field of energy — medan kuantum yang terus berfluktuasi — sementara dalam filsafat Sāṃkhya disebut sebagai Prakṛti, yang tersusun atas tiga kekuatan dasar: Sattva, Rajas, dan Tamas. Dua pandangan ini, meskipun lahir dari zaman dan budaya yang berbeda, sejatinya berbicara tentang satu realitas: getaran yang melahirkan seluruh wujud. Dalam Sāṃkhya Kārikā karya Īśvarakṛṣṇa dijelaskan: > “Prakṛtiḥ triguṇātmikā, vikṛtiḥ pañcaviṃśatiḥ.” (Sāṃkhya Kārikā, 3) Prakṛti memiliki tiga guna (Sattva, Rajas, Tamas), dan darinya lahir dua puluh lima unsur (tattva). Artinya, seluruh jagat raya berasal dari satu sumber halus yang bergetar dalam tiga sifat dasar. Dalam bahasa modern, getaran ini dapat di...

RAHASIA PIKIRAN BAWAH SADAR DAN PIKIRAN SUPER SADAR

RAHASIA PIKIRAN BAWAH SADAR DAN PIKIRAN SUPER SADAR Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba “Manah eva manushyanam karanam bandhamokshayo.” Pikiran adalah penyebab keterikatan sekaligus pembebasan manusia. (Bhagavad Gita, VI.5) Ada dunia sunyi di dalam diri, yang tidak bisa dijangkau oleh logika, tetapi terasa nyata dalam setiap napas kehidupan. Kadang ia menuntun dengan lembut, kadang menarik kita ke jalan yang sama berulang kali — meski kita tahu arah itu bukan yang kita kehendaki. Dunia itu bernama pikiran bawah sadar, lautan halus tempat segala ingatan, trauma, dan kebiasaan bersemayam dalam diam. Di sanalah tersimpan semua kesan batin yang pernah kita lalui. Rasa takut yang datang tanpa sebab, kecemasan yang muncul tiba-tiba, atau kecenderungan yang seolah tak bisa diubah — semuanya berasal dari akar yang tertanam di dalam Citta, pusat bawah sadar dalam ajaran Hindu. Citta bagaikan taman luas di mana benih pengalaman tumbuh. Jika kita menanam cinta, ia berbuah damai. Namun ...

Samkhya, Fisika Kuantum, dan Filosofi Upacara Ngaben: Dari Penciptaan ke Pengembalian

Samkhya, Fisika Kuantum, dan Filosofi Upacara Ngaben: Dari Penciptaan ke Pengembalian Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Di antara senyap ruang dan denyut cahaya, tersimpan rahasia yang sama-sama dicari oleh para resi dan ilmuwan. Satu dengan tapa di hutan sunyi, satu lagi dengan teleskop dan laboratorium. Namun keduanya menatap arah yang sama — ke sumber segala sesuatu. Keilmiahan ajaran Samkhya, yang lahir ribuan tahun sebelum istilah “atom” dikenal manusia, ternyata bersuara seirama dengan temuan fisika kuantum masa kini. Di balik nama dan metode yang berbeda, keduanya menyingkap kenyataan yang sama: bahwa alam semesta ini bukanlah mesin mati, melainkan kesadaran yang bergetar dalam rupa energi. Fisikawan modern menjelaskan bahwa semua yang ada di dunia ini tersusun atas satuan-satuan sangat kecil yang disebut kuanta. Dari sinilah lahir ilmu mekanika kuantum, yang menguraikan perilaku partikel di batas antara ada dan tiada. Pada tingkat paling halus, b...

“Samkhya dan Fisika Kuantum: Satu Getaran di Dua Bahasa”

“Samkhya dan Fisika Kuantum: Satu Getaran di Dua Bahasa” Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Bayangkan sebuah ruang yang hening—tanpa bentuk, tanpa waktu, tanpa arah. Dalam kesenyapan itu, muncul denyut pertama: Śabda Tanmātra , getaran suci yang membelah kegelapan dan menjadi dasar ruang ( ākāśa ). Dalam pemahaman ini, semesta tidak lahir dari materi, melainkan dari suara —dari vibrasi kesadaran yang paling halus. Pandangan ini merupakan reinterpretasi atas ajaran klasik Samkhya , di mana penciptaan biasanya dijelaskan melalui evolusi Prakṛti menjadi Mahat , Ahaṃkāra , Tanmātra , dan akhirnya Pañca Mahābhūta (Īśvarakṛṣṇa, Sāṃkhyakārikā 3–5). Namun, dengan menempatkan Śabda Tanmātra sebagai getaran pertama, kita menekankan sisi spiritual dan wedaik dari semesta, di mana śabda ( suara ) merupakan denyut kesadaran yang menata realitas. Dalam sistem Samkhya, segala yang ada berasal dari dua realitas abadi: Puruṣa (kesadaran murni) dan Prakṛti (materi dasar). Puruṣa ibar...

Menjernihkan Sejarah Pura Tirta Empul Apuan

Menjernihkan Sejarah Pura Tirta Empul Apuan Oleh: Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Artikel berjudul “Dengan Pemongmong Jro Mangku Srigati: Kisah Pura Tirta Empul Apuan” yang dibuat oleh KKN Universitas Pendidikan Nasional Denpasar bersama Humas Desa Apuan, patut diapresiasi karena telah berupaya memperkenalkan potensi spiritual dan kebudayaan Desa Apuan. Namun, agar pemahaman umat dan masyarakat luas tidak terjebak dalam kekeliruan historis, beberapa hal penting perlu diluruskan. Pertama, mengenai penyebutan bahwa Rsi Markandya pernah beryoga di Pura Tirta Empul Apuan pada masa pemerintahan Raja Tamanbali. Pernyataan ini tidak sesuai dengan fakta sejarah. Berdasarkan sumber epigrafis dan kajian arkeologi, Rsi Markandya hidup pada masa Dinasti Warmadewa, sekitar abad ke-10 Masehi, jauh sebelum masa pengaruh Majapahit. Sedangkan Raja Tamanbali adalah penguasa lokal yang hidup sekitar abad ke-17–18 Masehi. Jarak waktu di antara keduanya lebih dari tujuh abad, sehingga secara kr...