Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2025

Antara Pintar dan Bijak

Antara Pintar dan Bijak Oleh : Ida Bagus Ngurah Semara Manuaba Ada orang yang disebut pintar, dan ada manusia yang sungguh-sungguh bijak. Keduanya kerap disamakan, padahal dalam kehidupan nyata perbedaannya terasa sangat jelas, bahkan tanpa harus diucapkan. Orang pintar biasanya dikenali dari kecakapannya membaca situasi, memahami aturan, dan menyusun strategi. Ia tahu kapan harus bicara, kapan harus diam, dan kapan harus melangkah demi kepentingannya. Namun kecerdasan semacam ini sering berjalan beriringan dengan perhitungan berlebihan. Setiap langkah ditakar untung-ruginya, setiap relasi diukur manfaatnya. Tanpa disadari, kehadirannya justru membuat orang lain merasa kecil, rendah, atau tidak nyaman. Bukan selalu karena niat merendahkan, melainkan karena ego terlalu sering berdiri di depan, menutupi empati. Orang pintar juga kerap sibuk mengkritik keadaan. Lingkungan, sistem, bahkan manusia lain tampak salah bila tidak sejalan dengan pikirannya. Kesalahan orang lain terli...

Jejak yang Tak Pernah Padam

Susila (Adab): Jejak yang Tak Pernah Padam Jangan dikira kemuliaan lahir dari bangku sekolah, dari gelar yang berbaris di belakang nama, atau dari suara yang fasih menghias ruang publik. Ilmu mampu mempertajam kecerdasan, tetapi hanya Susila (adab) yang memurnikan jiwa. Dan jiwa yang murni adalah anugerah paling tinggi yang dapat diraih manusia dalam perjalanan hidupnya. Dalam tradisi tattwa Bali, Susila diibaratkan cahaya halus yang tidak tampak mata, tetapi terasa oleh hati. Ia lahir dari pengalaman yang ditempa, kesabaran yang diuji, serta perenungan yang tak pernah putus. Tidak semua orang yang mampu berbicara indah memiliki laku yang indah; tetapi siapa pun yang menjaga Susila akan selalu menjaga kedamaian di mana pun langkahnya berada. Sarasamuccaya menegaskan dalam sloka 79: “Yan tan wruh ring subha-asubha-karma, ndatan dadi sira amolahakena wwang.” (Seseorang yang tidak memahami baik dan buruk, tidak pantas menilai orang lain.) Kutipan ini mengajarkan bahwa Susila ...